Judul Novel : Surat Dahlan
Pengarang : Krishna Pabichara
Penerbit : Noura Books, Jakarta
Cetakan : I, Januari 2013
Tebal Buku : 396 halaman; 14 x 21 cm
“Merantaulah niscaya
engkau akan temukan yang kau tinggalkan. Panah juga tak akan mengenai sasaran
apabila tidak lepas dari busurnya. Andai matahari itu berhenti dan tetap pada
porosnya, orangpun merasa bosan. Apabila engkau
mau merantau maka kau akan mulia bagai emas” ( Imam Syafi’i).
Barangkali syair inilah
yang menginspirasi menteri BUMN kita, Dahlan Iskan. Demi memburu mimpinya
seorang Dahlan muda berusaha keras menaklukan penyakit paling akut yang selalu
mendera jiwa para perantau yakni meninggalkan kampung halaman, berpisah dengan
saudara, tetangga, teman sepermainan hingga berbagai ketenangan tanah kelahiran
untuk bertolak ke Samarinda, kota kecil di ujung Kalimantan.
Novel yang berjudul Surat
Dahlan karya Khrisna Pabichara, merupakan buku kedua dari Trilogi Novel
Inspirasi Dahlan Iskan. Jika novel pertama Sepatu Dahlan mengisahkan
perjuangan dan pengorbanan hidup seorang Dahlan demi mewujudkan dua mimpinya
yaitu sepatu dan sepeda, pada novel yang kedua ini lebih menekankan pada
perjalanan hidup Dahlan di masa muda yaitu kegigihannya dalam mengejar cita dan
cinta.
Memilih memang bukanlah
perkara mudah, selalu terselip ketakutan dan kecemasan yang mengintai setiap
waktu. Modal nekat untuk merantau ke Samarinda demi memenuhi janji dan membuat
bapaknya tersenyum telah berhasil menaklukan hantu yang paling ia takutkan
ketika berada di negri perantauan yaitu
rindu kampung halaman. Meski tinggal di kota yang bersuhu panas dengan
sungai-sungai yang disesaki perahu-perahu kayu dan pengangkut batu bara namun
baginya di kota ini pula harapan bagaikan bara yang menyala setiap saat.
Adakalanya rasa jenuh
atas jejalan teori-teori yang di berikan oleh para dosen meliputinya. Ia merasa
teori yang ia dapatkan selama di bangku pendidikan hanyalah teori belaka.
Namun, dalam implementasinya kenyataan hidup sangat sering berjauhan dengan
teori, seperti halnya teori tentang kebebasan menyatakan pikiran dan pendapat. Akhirnya
ia bergabung ke dalam organisasi perkumpulan mahasiswa PII sekedar untuk
melarungkan rasa jenuh. Disana ia menemukan rumah keduanya, ladang menjanjikan
untuk jelajah batin yang tak terbatas, diskusi tentang filsafat,
gonjang-ganjing perpolitikan teramat menyenangkan dan membuat ia merasa lebih
hidup.
Aksi turun jalan yang ia
lakoni bersama teman-temannya di Tugu Nasional untuk menentang rezim pemerintah
yang mulai kacau balau dan carut marut membuatnya harus di uber-uber para
tentara kala itu. Mereka mejadi buronan
pemerintah dan Dahlan dianggap nomor satu karena dianggap sebagai dalang
dibalik semua itu. Dalam pelariannya itu ia dipertemukan oleh takdir dengan
seorang nenek tua yang menyimpan berjuta rahasia dalam hidupnya yaitu nenek
Saripa.
Dalam pelariannya ia
sempat teringat oleh dua gadis yang mewarnai perjalanan kisah cintanya yaitu
Aisha yang selalu setia dengan cintanya dan Maryati yang dengan tekad cintanya
berani menyusul ke Samarinda. Belum sempat ia memberi keputusan pada dua gadis
yang membuat pikirannya bingung, ternyata di dalam pelariannya Tuhan
mempertemukan Dahlan dengan cinta baru dalam hidupnya yaitu perempuan dari Loa
Kulu dan Surat Kabar.
Ternyata menulis berita
tak semudah yang ia bayangkan. Setelah berita pertama pupus tanpa harapan lagi
untuk dimuat, akhirnya berkat modal cinta berita keduapun dimuat langsung pada
minggu pertama. Bekerja di Mimbar Masyarakat merupakan serangkaian
perjalanan seorang Dahlan dimana disitu ia menemukan cinta barunya yaitu Berita.
Berita telah membuat ia bisa melupakan nestapa hatinya pada Aisha sang pujaan
hati yang telah menjadi milik orang
lain.
“Dari suara turun ke hati”
itulah pepatah
yang tepat disematkan dalam perjalanan cinta seorang Dahlan. “Witing tresno
jalaran songko kulino”, gadis dari loa kulu ternyata tak bisa dinafikan keberadaannya
di hatinya. Kali ini ia tak mau ketinggalan start lagi seperti kisahnya pada Aisha.
Kehilangan telah mengajarinya agar lebih gigih. Ia susul Nafsiah ke Tanjung Isuy
demi melepas rindu dan mengungkapkan perasaannya. Namun, apalah daya di hadapan
sang gadis idaman ia mati kutu, tak ada kata sebagaimana yang sudah ia susun
sebelumnya, tubuh kelu dan lidahpun kaku.
Pada tengah malam dengan ditemani
kawan lamanya Kadir, akhirnya ia bergegas ke rumah Nafsiah dengan maksud
menyuntingnya. Dan inilah saat-saat dimana ia seakan diguyur nikmat dari tuhan
dimana lamaran yang ia ajukan disetujui oleh ayah Nafisah. Akhirnya Dahlan tak
lajang lagi sekarang sudah ada perempuan yang mewarnai hari-harinya, setia
menemaninya dan peduli terhadap dirinya.
Seakan kejutan dari tuhan
mengucur tanpa henti, setelah berhasil menyunting sang idaman hati. Kini giliran
kelahiran sang buah hati. Tak kalah mengejutkan dari kehadiran sang buah hati,
pemindahan jabatan dari Mimbar Masyarakat menjadi kepala biro Tempo di
surabaya dan berlanjut hingga menjadi Ketua Satuan Tugas Pelaksana di
Jawa Pos-pun direngkuhnya. Dengan semangat dan ketekunan yang tak kenal lelah
dan pantang menyerah ia berhasil menjadi
pemenang dalam mengejar cita dan cintanya.
Hemat kata, novel surat
dahlan adalah novel yang layak dinikmati oleh setiap kalangan. Secara spesifik mengenai
kelemahan buku hampir idak ditemukan. Bahasa yang alur penceritaan disajikan secara
renyah. Membaca novel ini membuat kita ingin segera membuka lembar- lembar
berikutnya. Jiwa kita akan mendapatkan guyuran motivasi dalam melakoni drama
kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar