PEMERINTAHAN (KERAJAAN-KERAJAAN) ARAB KUNO SEBELUM ISLAM
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas Dirasat Al-Mujtama’ Al-Arabiyah
1
Dosen pengampu :
M.Anwar Mas’adi.M.A
Disusun Oleh :
Lilis Rena Susanti (10310084)
Aminatuz Zahrak (10310058
)
Saiful Hadi (10310039 )
Eko David Syifaur R. (10310022 )
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS HUMANIORA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara seputar histoire ( perancis ), historie ( Belanda ) dan
History ( inggris )
memang terkesan me-riview akan apa
yang terjadi dalam rekaman masa lalu silam, apalagi berbicara seputar bangsa Arab
sebelum islam. Berbagai fenomena selalu teringat dalam fikiran generasi bangsa.
Hanya orang-orang yang masih belum memahami sejarah kota Sayyid al mursalin saja yang tak tau menahu bahkan cuek ketika
berbicara seputar madinatur rasul.
Haruslah kita ketahui bersama selaku bangsa semi-Arab sedikit
banyak keadaan kerajaan bangsa arab pra-islam. Mengapa demikian karena dalam
bangsa arab lah bangsa yang mula-mula menerima agama islam dan di akui atau
tidak akan menjadi mercusuar ilmu pengetahuan bagi penjuru dunia dari segi
perdagangan dan budaya yang ada dalam bangsa tersebut.
Kalau boleh jujur, bangsa Arab adalah salah satu negara yang amat
sangat di segani oleh bangsa Eropa, Amerika dan bangsa yang lainnya. Di dalam
negara Arab tersebut menyimpan banyak hasil bumi yang secara politis, mereka
para penguasa yang secara diam-diam mengeksploitasi akan hasil tanam dan bumi
yang ada di negara Arab tersebut di serap ke nagaranya masing-masing sehingga
lambat laun seiring berjalannya waktu bangsa arab hanya di kenal sebagai pusat
kajian keislaman pada abad ke-8H hingga sekarang. Bahkan nilai-nilai yang
dulunya terkenal oleh bangsa luar bahwa arab adalah penghasil rempah-rempah dan
wewangian .
Kita mencoba untuk flas back sedikit akan kondisi sosial bangsa Arab.
Bangsa Arab sebagian besar penduduknya adalah gurun pasir dan hanya sedikit
orang yang mengetahui akan hal demikian. Yang dapat kita ketahui dari sejarah
mereka hanyalah yang di mulai kira-kira 150 tahun sebelum islam. Adapun yang
sebelumnya itu tidaklah dapat di ketahui. Hal tersebut disebabkan karena bangsa
arab penduduk padang pasir itu terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang
selalu berperang-perang. Peperangan itu pada asal mulanya di timbulkan oleh
keinginan memelihara hidup karena hanya siapa yang kuat sajalah yang berhak
memiliki tempat-tempat yang berair dan padang rumput tempat mengembalakan
ternak. Adapun si lemah, dia hanya berhak mati atau jadi budak.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Kerajaan-kerajaan
yang terdapat pada bangsa Arab kuno sebelum Islam.
2.
Letak
geografis kerajaan Arab kuno sebelum Islam.
3.
Kondisi
social, politik dan agama yang di anut kerajaan Arab kuno sebelum Islam.
C.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk
mengetahui apa saja kerajaan-kerajaan yang terdapat pada bangsa Arab kuno
sebelum Islam
2.
Untuk
mengetahui letak geografis kerajaan Arab kuno sebelum Islam
3.
Untuk
mengetahui kondisi social, politik dan agama yang di anut kerajaan Arab kuno
sebelum Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Letak Geografis Kerajaan Arab Kuno
Begitu memandang peta Asia Barat Daya (Peta 1), terlihat sejumlah
fakta penting. Satu kawasan tanah yang luas-Jaziarah Arab- terbentang dari Asia
sampai ke lautan di sekitarnya. Lebarnya 1.200 mil, panjangnya 1.500 mil.
Jazirah ini terhubung dngan Asia mealui pusat gurun dan sabit daratan yang
subur dan hijau. Di ujung barat sabit
yang berbatasan dengan mediterania, curah hujan memadai bagi tumbuhnya
biji-bijian dan sayur-sayuran. Di kawasan tanah tingginya, tumbuh pohon zaitun
dan buah-buahan. Diujung selatan sabit, titik pertemuan Benua Asia dan Afrika,
yaitu selat suez dan tanah genting Aqobah, curah hujan semakin berkurang,
menghampar gurun sampai ke pantai mediterania. Di ujung timur, buminya lebih
hijau dengan adanya dua sungai, yaitu sungai Tigris dan Eufrat. Kedua sungai
ini hulunya ada di kawasan tanah tinggi di utara, dan airnya mengalir melewati
tanah datar dan terus ke Teluk Arab
(Persia), di timur semenanjung. Di Utara dan Timur, yang melewati mahkota sabit
hijau ini, terdapat gunung-gnung yang belum pernah dilintasi penghuni jazirah
sebelum Islam. Di sisi lainnya ada beberapa lautan : Laut Mediterania di barat
lautnya, Laut Merah di baratnya, Laut arab dan Samudra India di selatan dan
timurnya. Di pantai barat Jazirah menjulang deretan gunung yang dikenal dengan
nama Hijaz yang memisahkan antara dataran gurun dan pantai. Kedudukannya yang
demkian menyebabkan curah hujan semakin bertambah kearah selatan, menjadikan
sudut barat dayanya sehijau dan sesbur daerah utaranya. Di sudut ini terhampar
Yaman, yang secarah harfiah “ tanah yang diberkati,” atau “ felix arabia”
adalah jazirah, begitu juga mahkota dan lehernya, “ Sabit Subur.” Masing-masing
merupakan kesinambungan dari yang lain, dan tidak dapat dipahami tanpanya.
Gurun Jazirah membentang sampai keujung sabit, berbatasan dengan Jazirah.
Berbeda dengan kebiasaan umum, kami akan menerapkan nama “ Arabia “ untuk
Jazirah Arab dan sabit subur. Terdapat banyak bukti yang dapat memperkuat
penerapan baru ini. (Al-faruqi, 1998 : 41)
B.
ARAB SEBELUM ISLAM
Melihat bahasa dan hubungan dagang bangsa Arab, Leboun berkesimpulan,
tidak mungkin bangsa Arab tidak pernah memiliki peradaban yang tinggi, apalagi hubungan
dagang itu berlangsung selama 2000 tahun. Ia yakin, bangsa Arab ikut memberi
saham dalam peradaban dunia, sebelum mereka bangkit kembali pada masa Islam.
Golongan Qohthaniyun, misalnya, pernah mendirikan kerajaan saba` dan
kerajaan himyar di yaman, bagian selatan jazirah Arab. Kerajaan saba` inilah
yang membangun bendungan Ma`rib, sebuah bendungan raksasa yang menjadi sumber
air untk seluruh wilayah kerajaan. Pada masa kejayaannya, kemajuan kerajaan
saba` di bidang kebudayaan dan peradaban, dapat dibandingkan dengan kota-kota dunia
lain saat itu. Bekas-bekas kerajaan ini sekarang masih terbenam dalam timbunan
tanah. Pada masa pemerintahan saba`, bangsa Arab menjadi penghubung perdagangan
antara eropa dan dunia Timur Jauh. Setelah kerajaan mengalami kemunduran,
muncul kerajaan Himyar menggantikannya. Kerajaan baru ini terkenal dengan
kekuatan armada niaga yang menjelajah mengarngi India, Cina, Somalia dan
Suatera ke pelabuhan-pelabuhan Yaman. Perniagaan ketika itu dapat dikatakan
dimonopoli Himyar.
Terutama etelah bendungan Ma`rib runtuh, masa gemiang kerajaan Himyar
seikit demi sedikit memudar. Banyak bangunan roboh dibawa air dan sebagian
besar penduduk mengungsi ke bagian Utara Jazirah. Meskipun demikian karena
daerahnya berada pada jalur perdagangan yang srategis dan tanahnya subur,
daerah ini tetap menjadi incaran kerajaan besar Romawi dan Persia yang slalu
bersaing untuk menguasainya.
Di sebelah Utara Jazirah juga pernah berdiri kerajaan-kerajaan. Tetapi
kerajaan-kerajaan tersebut lebih merupakan kerajaan protektorat. Ini terjadi
karena kafilah-kafilah romawi dan persia slalu mendapat gangguan dari suku-suku
Arab yang memeras dan merampoknya. Untuk melindungi kafilah-kafilah itu, atas
inisiatif kerajaan besar tersebut didirikanlah kerajaan Hirah di bawah perlindungan
persia dan kerajaan ghasan di bawah perlindungan Romawi. Kedua kerajaan ini
berkembang dalam waktu yang hampir bersamaan, yaitu kira-kira abad ketiga
sampai abad kedatangan Islam. Raja-raja yang berkuasa umumnya berasal dari
keturunan Arab Yaman.
Bagian lain dari daerah Arab yang sama sekali tidak pernah dijajah
bangsa oleh bangsa lain, baik karena sulit dijangkau maupun karena tandus dan
miskin, adalah Hijaz. Kota terpenting di daerah ini adalah Makkah, kota suci
tempat Ka`bah berdiri. Ka`bah pada masa itu bukan saja disucikan dan dikunjungi
oleh penganut-penganut agama asli Makkah, teapi juga, oleh orang-orang Yahudi
yang bermukin di sekitarnya.
Setelah kerajaan himyar jatuh, jalur-jalur perdagangan didominasi oleh
kerajaan Romawi dan Persia. Pusat perdagangan bangsa Arab serentak kemudian
beralih ke daerah Hijaz. Makkahpun menjadi mashur dan disegani.jadi, apa yang
berkembang menjelang kebangkitan Islam itu merupakan pengaruh dari budaya
bangsa-bangsa di sekitarnya yang lebih awal maju dari pada kebudayaan dan
peradaban Arab. Pengaruh tersebut masuk ke Jazirah Arab elalui beberapa jalur
yang terpenting diantaranya adalah : (1) melalui hubungan dagang dengan bangsa
lain (2) melaui-melaui kerajaan protektorat Hirah dan Ghassan dan (3) mauknya
misi Yahudi dan Kristen. (Yatim, 2008 : 9-15).
C. Kaum-kaum Arab
Para sejarawan membagi kaum-kaum Arab berdasarkan garis keturunan
asal mereka menjadi tiga bagian yaitu :
1. Arab ba`idah, yaitu kaum-kaum arab kuno yang sudah punah dan tidak mungkin melacak
rincian yang cukup tentang sejarah mereka, seperti : Ad, Tsamud, Thasm, Judais,
Imlaq (bangsa Raksasa) dan lain-lainnya.
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya`rib bin Yasyjub
bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab musta`ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan
Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.
Tempat kelahiran Arab aribah (kaum Qahthan) adalah negri Yaman,
lalu berkembang menjadi beberapa kabilah dan anak kabilah (marga), yang
terkenal darinya ada dua kabilah, yaitu :
A. Himyar, anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Za`id al-Jumhur,
Qudha`ah dan sakasik.
B. Kahlan anak kabilahnya yang paling terkenal adalah Hamadan, Anmar, Thayyi,
Madzhaj, Kinda, Lakham, Judzam, Azd, Aus, Khazraj dan anak cucu dari Jafnah
yang merupakan para raja di Syam serta lain-lainnya.
Anak-anak kabilah (marga) Kahlan banyak yang
pergi meninggalkan Yaman, lalu menyebar ke berbagai penjuru Jazirah. Ada yang
mengatakan bahwa kepergian mereka terjadi menjelang banjir besar saat mereka
mengalami kegagalan dalam perdagangan akibat tekanan dari Bangsa Romawi dan
dikuasainya jalur perdagangan laut oleh mereka, dilumpuhkannya jalur darat
serta keberhasilan mereka menguasai Mesir dan Syam, (dalam riwayat lain)
dikatakan, bahwa kepergian mereka setelahterjadinya banjir besar tersebut.
Merupakan hal yang tidak dapat disangkal,
bahwa disamping apa yang telah disebutkan diatas telah terjadipersaingan antara
marga-marga Kahlan dan Himyar, yang berujung pada hengkangnya marga-marga
Kahlan. Hal ini terbukti bahwa marga-marga Himyar tetap eksis disana, sedangkan
Marga-marga Kahlan hengkang dari sana. ( Al-Mubarakfuri, 2001: 2-3).
D. Kerajaan-kerajaan di utara
Sejarah mengenai kerajaan-kerajaan Arab utara sudah dikenal sejak
masa Asyiria kuno dan Babilonia kuno. Dalam manuskrip-manuskrip Babilonia,
misalnya, kita mengenal beberapa daerah Arab yang diserbu pasukan Babilonia,
diantaranya adalah kerajaan Nabate (Nabasia,
al-Anbaat). Selain itu, kita juga mengenal sebuah kota (oase) bernama Thema (Tayma) di tengah-tengah gurun
pasir, yang merupakan tempat pengasingan Nabondius selama
7 tahun. Thema kemungkinan merupakan baian dari kerajan Nabate, dan dipercaya
berada di semenanjung Arab, di sebelah tenggara kota Tabuk hari ini.
a.
Kerajaan Nabasia Kuno
Nabate atau Nabasia kuno
adalah kerajaan besar. Hal itu terbukti bahwa mereka tidak dapat ditundukan
oleh Iskandar Dzulkarnain. Bahkan sekitar 312 SM diberitakan penulis sejarah
Diodorus, bahwa Nabasia berhasil menangkis 2 kali serangan pasukan Antigonius,
Raja Asyiria, penerus Iskandar Dzulkarnain. Dari catatan Diodorus Siculus (w.
57 SM) terungkap bahwa Nabasia kemudian berada dalam kekuasaan Ptolemeus yang berkuasa di Mesir. Dan pada
zaman Romawi menjadi sekutu kuat Romawi di Semenanjung Arab.
Pusat kerajaan Nabasia adalah Petra, yang pada sekitar abad ke-4
berhasil mereka rebut. Petra terletak
di sekitar Wadi Musa (Lembah Musa), di timur laut Aqabah. Petra termasuk kota kunci
bagi jalur perdagangan rute Wewangian dari Saba ke
Mediterania. Hari ini Petra terkenal dengan reruntuhannya berupa bangunan dan
pekuburan yang dipahat di tebing-tebing cadas.
Puncak kejayaan Nabasia kuno (yang terekam sejarah) diperkirakan
terjadi pada kurun 9 SM – 40 M, pada periode pemerintahan Haritsats IV. Pada
sekitar 105 Masehi, Nabasia jatuh ke tangan raja Tyra dan menjadi provinsi
Romawi. (Hitti, 2008 : 83)
b. Kerajaan Palmyra
Palmyra (Arab: Tadmur) merupaka kota kerajaan yang
dihimpit kekuatan Romawi di Barat dan Persia di Timur. Pada abad 2-3 Masehi,
kota Palmyra merupakan kota terkaya di kawasan Timur Dekat.Kapan tepatnya
bangsa Arab menguasai Palmyra, tidak diketahui. Rujukan otentik pertama tentang
kota tersebut datang dari Romawi, dimana disebutkan Mark Anthony pada 42-41 SM gagal menguasai
kota tersebut. Catatan sejarah lebih lanjut menyebutkan bahwa dibawah pimpinan
panglima Odainat (Arab:
Udhyanah),
Palmyra berhasil menaklukan sebagian besar daerah Suriah pada kurun 260 Masehi.
Pada saat itu Palmyra merupakan sekutu kuat Romawi, dan raja mereka diangkat
sebagai wakil Romawi (dux Orientis) di Timur, pada 262 Masehi. (Hitti, 2008 : 91)
c. Kerajaan
Gassan
Orang-orang
Gasan mengklaim sebagai keturunan
suku Arab selatan kuno. Mereka bermigrasi ke utara pada akhir abad ke-3 Masehi
dipimpin oleh Amir Muzaqiyah ibn Amir Ma’a-l-Sama’. Jafna ibn Amir Muzaqiyah kemudian dikenal
sebagai pendiri dinasti Gassan di Arab utara. Suku dari Yaman selatan ini
mendesak keturunan Nabi Shalih, dan memantapkan keberadaan mereka di sekitar
Damaskus.
Kerajaan
Gassan, seperti musuh dan tetangganya sesama kerajaan Arab yakni kerajaan
Lakhmi, mencapai kejayaan pada abad ke-6 Masehi. Pada kurun tersebut kisah
raja-raja mereka, Ibnu Jabalah yang bergelar al-Harits II (529-569 M) dan
al-Mundzir ibn al-Harits (anak Ibnu Jabalah), mendominasi sejarah bangsa Arab.
Sebagaimana kerajaan-kerajaan Arab di sebelah barat sebelumnya, kerajaan Gassan
bersekutu pula dengan Romawi–sementara kerajaan Lakhmi bersekutu dengan Persia.
Raja-raja Gassan umumnya beragama Kristen.
Selepas
periode al-Mundzir, kerajaan Gassan mengalami kemunduran dan berbagai suku di
gurun Suriah mengangkat pemimpin masing-masing. Pada saat yang sama, Dinasti
Sassanid dari Persia berhasil memukul Romawi di Jerusalem (613-614 M) di bawah
Khusraw Parwiz. Kehilangan pemimpin yang dihormati dan kekalahan sekutu Romawi
oleh Persia, mengakhiri Dinasti Gassan untuk selamanya. (Hitti, 2008 : 96)
d. Kerajaan
Lakhmi
Suku Tanukh dari Yaman selatan memulai pengembaraan sejak awal abad
ke-3 Masehi melewati pesisir timur Jazirah Arab, dan menetap di sebelah Barat
sungai Eufrat, dekat kota Kuffah, Irak. Kedatangan mereka berdekatan dengan jatuhnya
Dinasti Arsasia di Persia, digantikan Dinasti Sasanid (226 Masehi).
Pada
mulanya suku Tanukh hanya tinggal di tenda-tenda dan hidup nomaden. Namun
seiring berjalannya waktu, perkemahan sementara mereka berubah menjadi
pemukiman Hirrah
(berasal dari bahasa Syria: herta, yang berarti kemah). Kota
Hirrah ini pada akhirnya berkembang menjadi ibukota kerajaan Arab Persia, dan
dikenal sebagai kerajaan Lakhmi, yang
didirikan oleh Amir ibn ‘Adi ibn Nashr ibn
Rabi’ah ibn Lakhm.
Kehadiran
kerajaan Lakhmi di timur berbarengan dengan kerajaan Gassan di barat, dan
berakhir hampir bersamaan. Raja terakhir Dinasti Lakhmi adalah al-Nu’man III
(580-602 M), yang merupakan satu-satunya–dan yang terakhir–raja Lakhmi yang
beragama Kristen. Perihal bahwa raja-raja sebelumnya tidak ada yang beragama
Kristen, diduga demi kepentingan politik dan persekutuan dengan Persia yang
merupakan musuh Romawi (Kristen). Al-Nu’man
kemudian digantikan oleh Iyas ibn Qabisah dari Thayyi (602-611M), yang menjadi
raja terakhir kerajaan Lakhmi. Pada masa pemerintahan Iyas, Persia menempatkan
wakil kerajaannya di Lakhmi dan ‘mengontrol’ kerajaan Lakhmi. Pada 611M, Persia
akhirnya menghapus sistem kerajaan protektorat Lakhmi dengan mengangkat
gubernur Persia menjadi pemimpin tertinggi di Hirrah. Hirrah berhasil kembali
direbut oleh bangsa Arab pada tahun 633 Masehi,
ketika Khalid bin Walid memimpin pasukan Islam
menaklukkan Hirrah. (Hitti, 2008 : 100)
e. Kindah
Bila
Gassan dan Lakhmi bersekutu dengan kerajaan asing, maka kerajan Kindah
bersekutu dengan kerajaan Himyar dari Arab selatan. Kerajaan Kindah (480 M)
berpusat lebih ke dalam, di sekitar Arab tengah. Pendiri kerajaan Kindah adalah
al-Hujr yang bergelar Akil al-Murrar, yang merupakan saudara tiri Hasan ibn
Thuba’, yang menjadi raja Himyar. Inilah satu-satunya kerajaan Arab yang
merupakan konfederasi dari berbagai suku Arab–yang ditaklukan Thuba’ dari
Himyar.
Pada 529
Masehi, kerajan Kindah jatuh ke tangan Al-Mundzir II dari kerajaan Lakhmi.
Diceritakan al-Mundzir menghukum mati raja Kindah, al-Harits, beserta 50 orang
keluarga kerajaan Kindah, yang merupakan pukulan mematikan bagi kerajaan
Kindah. Pasca kematian al-Harits, konfederasi pecah dan masing-masing suku
mengangkat pemimpinnya masing-masing. (Hitti, 2008 :105)
E. Kerajaan-kerajaan di selatan
a.
Kerajaan
Saba’
Kerajaan-kerajaan
pertama yang berhasil di ketahui yang berdiri di wilayah arab selatan pada
zaman kuno adalah kerajaan Saba’ dan Minea
yang selama beberapa abad hidup pada masa yang sama. Kedua kerajaan itu pada awal
berdirinya merupakan kerajaan teokrasi dan kemudian berubah menjadi kerajaan
sekuler. Orang-orang saba menurunkan seluruh keluarga arab selatan. Tanah saba
atau sheba dalam injilo yang merupakan tanah air mereka terletak di sebelah
selatan najran, di daerah yaman. Menurut sekolompok ahli tentang
arab yang menggunakan kronologi singkat orang-orang saba hidup dari 750-115 SM.
Dengan satu kali perubahan gelar raja sekitar 610 SM. Orang-orang mineaa hidup
dari 700 SM hingga abad 3 masehi. Qarrib adalah gelar raja pendeta yang di berikan
kepada kepala negara. Dua muqarrib saba terdahulu yaitu Yatsa’amar dan Karibail,
di sebutkan dalam catatan sejarah Assyiria dari Sargon II dan Senacherif yanga
memerintah pada akhir abad ke 8 dan awal abad ke 7 SM. pada masa kejayaannya,
raja-raja saba memperluas hegemoni mereka ke seluruh kawasan arab selatan dan
menjadikan kerajaan tetangganya yaitu minea sebagai negara protektoriatnya. Sirwah
sehari perjalanan ke arah barat ma’rib adalah ibukota saba’, bangunan utamanya
adalah kuil almaqah sang dewa bulan. Reruntuhan bangunannya yang paling penting
di sebut karibahah yang bisa menampung tak kurang dari 100 orang. Sebuah
tulisan menyebutkan bahwa dinding di sekitarnya di bangun oleh yada’il seorang
muqarrib terdahulu. Tulisan lain menyebutkan bahwa ekspedisi geilang yang di
lancarkan oleh karibail watar sekitar 450 SM yang pertama kali memperoleh gelar
Mulk, seorang raja saba’
Pada periode ke dua kerajaan Saba’,
sekitar 610-115 SM, penguasa tampaknya mulaimenghilangkan karakteristik
kependetaanya. Ma’rib yang berjarak 6 Mil di sebelah timur san’an di jadikan
sebuah ibu kotanya. Kota itu berada 3900 kaki diatas permukaan laut. Ia pernah
di kunjungi o;eh beberapa geintir orang eropa yang pertama di antaranya adalah
arnaud hallefi dan glasser. Kota itu merupakan titik temu berbagai rute
perjalanan dagang yang menghubungkan antara negeri yang berhasil penghasil
wewangian dengan pelabuhan di meditarenia terutama gaza.
Al hamdani dalam karyanya iklil menyebutkan 3 benteng di ma;rib,
namun, kkontruksiyang membuat kotaitu terkenaladalah bendungan besar al ma’rib
karya arsitektur yang menakjubkan berikut sarana publik lainnya yang di bangun
oleh orang-orang saba’ memberikan gambarankepada kita tentang sebuah masyarakat
cinta damai yang sangat maju bukan saja dalam bidangperdagangan tetapi juga
dalambidang teknik. Bagian yang lebih tua dari bendungan itupada pertengahan
abad ke 7 SM. Berbagai tulisan menyebutkan Sbhu ‘alaih yanuf dan putranya yatsa
amr bayyin sebagai dua pembangun utamanya juga menyebutkan pemugaran pada masa
sharahbiill ya’fur (449-450) dan abrahah dari avisinea (543 M) tabi’ alhamdani
dan para penulis setelahnya yaitu almas’udi, al isfahani, dan ya’qut menyatakan
bahwa yang membangunnya adalah luqman bin ad seorang ahli mistik. (Hitti, 2008
: 66).
b.
Keajaan Minea, Qataban, dan Hadramaut
Kerajaan minea berkembang di Jawf Yaman, dan pada masa keemasannya
wilayah kerajaan itu meliputi sebagian besar kawasan Arab Selatan. Kata Ma’an
berasal dari bahasa Arab (dalam injil
disebut Ma’on, Me’un, Me’in untuk nama tempat), kemudian mengalami
perubahanvokal menjadi Ma’in, yang berarti mata air. Nama yang bertahan hingga
kini adalah Ma’an (sebelah tenggara Petra), sebuah koloni penting di luar jalur
perdagangan sebelah utara. Tulisan-tulisan Minea di dekat al-Ula danTabuk
membuktikan keberadaan beberapa koloni di wilyah tersebut yang berfungsi
sebagai gudang penyimpanan dan pos penghubung. Ibu kota orang-orang Minea,
Qarnaw, yang dikunjungi Halevy pada 1870, adalah yang kini disebut kota Ma’in
(sebelah selatan al-jawf, timur laut Shan’a). Kota metropolis keagamaan,
Yatsril, yang juga berada di sebelah selatan al-jawf, kini disebut kota
Baraqish, terletak di sebelah barat laut Ma’rib. Orang-orang Minea berbahasa
sama dengan orang-orang Saba, dengan sedikit perbedaan dialek. Beberapa tulisan
yang disebut tulisan Minea meliputi dokumen kerajaan orang-orang Qataban dan
sejumlah kecil teks Hadramaut. Ukiran yang ditemukan pada reruntuhan kuil di
al-Hazm, ibu kota provinsi al-Jawf, menggambarkan wadah yang tergantung,
mungkin sesajen anggur, antelop, dan hewan-hewan kurban lainnya, ular yang
dianggap sebagai simbol Tuhan, gadis-gadis penari yang juga menjadi pelayan di
kuil, serta burung unta yang dikurung di dalam taman suci.
Selain kerajaan minea dan saba’ dua kerajaan penting lainnya yang
muncul di wilayah ini adalah Qataban dan Hadramaut. Negeri qataban terletak di
sebelah timur adan yang kini berada disekitar hadramaut. KerajaAN Monarki
Qataban yang beribu kota di Tamna’ (kini bernama Kulhan), berdiri sekitar 400
hingga 50 SM, kerajaan Monarki Hadramaut yang beribu kota Syabwah ( pada masa
lalu disebut Sabota ), berdiri dari abad kelima sebelum masehi hingga akhir
abad pertama Masehi. Kerajaaan itu selama beberapa waktu berada dibawah
kekuasaan kerajaan saba dan minea. Para sejarawan arab sedikitpun tidak
mengetahui bangsa-bagsa itu yang tulisannya tersebar dari arab utara sampai
etuopia yang mengatur perdagangan rempah-rempah dan mendirikan bangunan publik
yang menakjubkan.
Dari 115 SM. dan seterusnya
semua wilayah itu jatuh ke tangan penguasa baru yang datang dari dataran tinggi
sebelah barat daya yaitu suku himyar. Sejak itu peradaban di daerah tersebut di
sebut sebagai peradaban himyar meskipun gelar raja mereka tetap sama yaitu raja
saba dan dhuraidan. Raidan kemudian dikenaL DENGAN SEBUTAN Qataban dan hal ini
menandai akan awal munculnya kerajaan hiyar pertama yang berdiri hingga sekitar
300 M katahungoritae muncul pertama kali dalam the parrips of the aritrayancean
sekiatr 60 M kemudian dalam karya pleni, orang himyar adalah kerabatdekat orang
saba dan sebagai keturunan tertua dari rumpu n tersebut dan menjadi pewaris
budaya dan perdagangan minea – saba’. Bahasa mereka praktis dengan bahasa orang
saba’dan minea. Rujukan plini tentang adanya sistem pertanian memang terbukti
dengan adanya sumur, bendungan dan tempat penampungan air yang sering di sebut
dalam berbagai tulisan.mengumpulkan pohon dupa yang di pandang sebagai tibdakan
religius masih menjadi sumber pendepatan terbesar
Zafar, ( pada masa kasik di sebutsappar dan separ/ sevar, dalam
kitab kejadian. 10;30), kota di bagian dalam semenanjung, sekitar 100 Mil di
sebelah timur laut Moha di atas jalan menuju san’a adalah ibukota dinasti
himyar. Kota itu menggantikan posisi ma’rib, kota orang-orang saba’ dan kornau,
kota orang-orang minea. Reruntuhannya masih dapat dilihat di puncak bukit dekat
kota yarib.pada masa penyusunan teh parripess rajanya adalah karibail watar(
caribael dalam the parriplus.)
Pada masa himyar inilah, pasukan romawi yang bernasib sial di bawah
pimpinan aeliyus gallus berhasil masuk hingga daerah maryama. “ illasarus “
dari strabo yang merupakanpenguasa pada masa itu terteradalam berbagaibtulisan
dengan nama Illi-syariha-yahdhub.
Raja dariperiode himyar pertama ini adalah seorang raja feodal yang
tinggal di puri, memiliki tanah luas dan mencetak uang emas, perak dan
perunggu, dengan menampilkan gambar wajahnya pada salah satu sisinya dan seekor
burung hantu lambang orang-orang atena. (Hitti, 2008 : 68)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sejarah mengenai
kerajaan-kerajaan Arab utara sudah dikenal sejak masa Asyiria kuno dan
Babilonia kuno. Dalam manuskrip-manuskrip Babilonia, misalnya, kita mengenal
beberapa daerah Arab yang diserbu pasukan Babilonia, diantaranya adalah
kerajaan Nabate (Nabasia,
al-Anbaat). Selain itu, kita juga mengenal sebuah kota (oase) bernama Thema (Tayma) di tengah-tengah gurun
pasir, yang merupakan tempat pengasingan Nabondius selama
7 tahun. Thema kemungkinan merupakan baian dari kerajan Nabate, dan dipercaya
berada di semenanjung Arab, di sebelah tenggara kota Tabuk hari ini.
Pada Kerajaan kerajaan pertama yang berhasil di ketahui yang berdiri di wilayah
arab selatan pada zaman kuno adalah kerajaan saba’ dan minea yang selama
beberapa abad hidup pada masa yang sama, kemudian kerajaan himyar pertama dan
himyar kedua dan himyar kedua harus berahir karena raja dzunuwais yang mati
tenggelam ketika abisinea melakukan
serangan politik internasional dengan 70.000 pasukannya dikarenakan dzunuwaiz
melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap orang Kristen yang dia anggap
mereka lebih condong terhadap musuh yakni abisinea, kenudian abisinea memimpin
hingga masa Abraham sebagai gubernur aksum yang melakukan serangan ke mekkah
dikarenakan katedral yang dia bangun di san`a di lecehkan dengan dikotori oleh
dua orang pagan dari suku fuqaim hal ini diabadikan dalam alqur`an dan
bertepatan dengan kelahiran Rosulullah saw.
DAFTAR PUSTAR
PUSTAKA
Al-mubarakfuri,
syaikh shafiyurahman.2001.Perjalanan Hidup Rosul Yang Agung Muhammad saw.Jakarta:
CV.Mulia Sarana Press.
Al-faruqi,Ismail
R dan Lois Lamya Al-faruqi.1998.Atlas Budaya Islam.Bandung:Mizan
Hitti,Philip
K.2010.History Of The Arabs.Jakarta:PT Serambi Ilmu Semesta.
Yatim,Badri.2008.Sejarah
Peradabab Islam.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.