11 Des 2013

Menyelami Selaksa Makna Samudra Kebahagiaan



Menyelami Selaksa Makna Samudra Kebahagiaan
Oleh: Hidayah al Madany *

Dimana kebahagiaan itu?
KEBAHAGIAAN. Kebahagiaan itu laksana barang hilang yang selalu dicari oleh semua manusia. Sepanjang zaman, setiap manusia senantiasa mencari dan memburunya. Cara yang mereka gunakanpun berbeda-beda. Kebahagiaan tak bisa kita dapatkan di pasar, karena disana tak seorang pedagangpun menjual kebahagiaan dengan kemasan yang indah, tak bisa kita temukan di lautan karena tak seorang nelayanpun yang akan melelangnya dengan harga yang murah.
Kebahagiaan merupakan sesuatu yang relative dan nisbi, setiap orang memiliki pemaknaan tersendiri terhadapnya. Adakalanya orang memaknai kebahagian terletak pada kemewahan, kekayaan, makanan, minuman, hiburan, tempat tinggal yang indah, pendidikan tinggi, istri cantik atau suami tampan.
Akan tetapi tahukan anda, pada dasarnya kebahagiaan itu ditentukan oleh pikiran anda sendiri. Dale Carnegie pernah mengatakan,
 “ Apabila diri kita senantiasa berpikir akan bahagia, maka kita akan menjadi orang yang bahagia. Sebaliknya, bila kita sudah dibayangi pikiran akan menderita, maka kita akan menjadi orang yang menderita. Jika kita dikuasai oleh ketakutan, maka kita akan menjadi seorang pengecut. Jika kita dikuasai oleh pikiran menderita dan sakit, maka kemungkinan besar kita akan sakit dan menderita”.
Selalin itu, kebahagiaan bisa kita dapatkan ketika kita mampu menikmati apa yang kita miliki, ketika kita mengetahui apa yang kita inginkan, ketika kita diberi kesehatan, diberi keluasan wawasan, dan ketika kita hidup dalam  kesederhanaan.
Apasih sumber utama kebahagiaan?
Kebahagiaan tidak terletak pada harta yang melimpah, pangkat yang tinggi, anak yang banyak, dan ilmu-ilmu yang menghasilkan uang. Kebahagiaan bersifat abstrak, tidak dapat dilihat oleh mata dan tak dapat diukur jumlahnya. Kebahagiaan tak dapat disimpan di lemari dan tidak pula bisa dibeli dengan dolar ataupun rupiah.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang tumbuh dalam diri manusia, dia tidak datang dari luar. Jika diibaratkan sebagai tumbuhan, maka akar kebahagiaan itu adalah jiwa dan hati yang jernih. Sementara itu, keimanan kepada Allah dan hari akhir adalah air, gizi, oksigen dan cahaya bagi tumbuhan yang bernama kebahagiaan itu.
Musthafa Luthfi Al Manfaluthi, seorang pujangga Mesir pernah berkata: “kita akan bahagia di dunia jika kita memiliki hati yang jernih, jiwa yang terang dan kepribadian yang mulia”.
Bahagiakanlah orang lain!                                                
Kenapa harus berkata kasar, kalau berkata lembut lebih indah, menyenangkan dan ramah lingkungan. Kenapa harus berwajah murung, kalau berwajah ceria lebih mudah dan lebih murah . Kenapa harus berkata pakai otot, kalau pakai hati lebih mendamaikan. Kenapa harus iri, kalau hanya akan menimbulkan sakit di hati. Kenapa harus berselisih, kalau damai itu lebih indah.
Membahagiakan orang lain meskipun hanya dengan menunjukkan sikap simpati dan empati merupakan sesuatu yang lebih menyenangkan bagi orang-orag yang memiliki kejernihan hati. Sebagian orang menemukan kebahagiaan ketika mereka membahagiakan istri dan anak-anaknya. Bagi mereka dengan merawat keluarga mereka merasakan kenikmatan yang luar biasa.
SENYUM. Ya, senyuman tulus dari hati yang paling dalam merupakan cara termudah yang bisa mengantarkan kebahagiaan ke hati orang lain, sedang senyuman yang dipaksakan tidak akan pernah mampu menembus hati orang lain. Senyuman yang dipaksakan akan segera sirna dan itulah bentuk kemunafikan. Senyumlah selamanya untuk kehidupan karena senyum akan membangkitkan kebahagiaan di hatimu dan dihati orang lain yang melihatnya. Tersenyumlah maka kita akan mendapat cinta dari orang lain.

                                                                                                
Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab
UIN MALIKI MALANG
 



                                                                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar