Menyelami Selaksa Makna Samudra Kebahagiaan
Oleh: Hidayah al Madany *
Dimana kebahagiaan itu?
KEBAHAGIAAN. Kebahagiaan itu laksana barang hilang yang selalu
dicari oleh semua manusia. Sepanjang zaman, setiap manusia senantiasa mencari
dan memburunya. Cara yang mereka gunakanpun berbeda-beda. Kebahagiaan tak bisa
kita dapatkan di pasar, karena disana tak seorang pedagangpun menjual kebahagiaan
dengan kemasan yang indah, tak bisa kita temukan di lautan karena tak seorang
nelayanpun yang akan melelangnya dengan harga yang murah.
Kebahagiaan merupakan sesuatu yang relative dan nisbi, setiap orang
memiliki pemaknaan tersendiri terhadapnya. Adakalanya orang memaknai kebahagian
terletak pada kemewahan, kekayaan, makanan, minuman, hiburan, tempat tinggal
yang indah, pendidikan tinggi, istri cantik atau suami tampan.
Akan tetapi tahukan anda, pada dasarnya kebahagiaan itu ditentukan
oleh pikiran anda sendiri. Dale Carnegie pernah mengatakan,
“ Apabila diri kita
senantiasa berpikir akan bahagia, maka kita akan menjadi orang yang bahagia.
Sebaliknya, bila kita sudah dibayangi pikiran akan menderita, maka kita akan
menjadi orang yang menderita. Jika kita dikuasai oleh ketakutan, maka kita akan
menjadi seorang pengecut. Jika kita dikuasai oleh pikiran menderita dan sakit,
maka kemungkinan besar kita akan sakit dan menderita”.
Selalin itu, kebahagiaan bisa kita dapatkan ketika kita mampu
menikmati apa yang kita miliki, ketika kita mengetahui apa yang kita inginkan,
ketika kita diberi kesehatan, diberi keluasan wawasan, dan ketika kita hidup
dalam kesederhanaan.
Apasih sumber utama kebahagiaan?
Kebahagiaan tidak terletak pada harta yang melimpah, pangkat yang
tinggi, anak yang banyak, dan ilmu-ilmu yang menghasilkan uang. Kebahagiaan
bersifat abstrak, tidak dapat dilihat oleh mata dan tak dapat diukur jumlahnya.
Kebahagiaan tak dapat disimpan di lemari dan tidak pula bisa dibeli dengan
dolar ataupun rupiah.
Kebahagiaan adalah sesuatu yang tumbuh dalam diri manusia, dia
tidak datang dari luar. Jika diibaratkan sebagai tumbuhan, maka akar
kebahagiaan itu adalah jiwa dan hati yang jernih. Sementara itu, keimanan
kepada Allah dan hari akhir adalah air, gizi, oksigen dan cahaya bagi tumbuhan
yang bernama kebahagiaan itu.
Musthafa Luthfi Al Manfaluthi, seorang pujangga Mesir pernah berkata:
“kita akan bahagia di dunia jika kita memiliki hati yang jernih, jiwa yang
terang dan kepribadian yang mulia”.
Bahagiakanlah orang lain!
Kenapa harus berkata kasar, kalau berkata
lembut lebih indah, menyenangkan dan ramah lingkungan. Kenapa harus berwajah
murung, kalau berwajah ceria lebih mudah dan
lebih murah . Kenapa harus berkata pakai otot, kalau pakai hati lebih mendamaikan. Kenapa harus iri, kalau hanya akan menimbulkan sakit di hati. Kenapa harus berselisih, kalau damai itu lebih indah.
Membahagiakan orang lain meskipun hanya dengan menunjukkan sikap
simpati dan empati merupakan sesuatu yang lebih menyenangkan bagi orang-orag
yang memiliki kejernihan hati. Sebagian orang menemukan kebahagiaan ketika
mereka membahagiakan istri dan anak-anaknya. Bagi mereka dengan merawat
keluarga mereka merasakan kenikmatan yang luar biasa.
SENYUM. Ya, senyuman tulus dari hati yang paling dalam merupakan
cara termudah yang bisa mengantarkan kebahagiaan ke hati orang lain, sedang
senyuman yang dipaksakan tidak akan pernah mampu menembus hati orang lain.
Senyuman yang dipaksakan akan segera sirna dan itulah bentuk kemunafikan.
Senyumlah selamanya untuk kehidupan karena senyum akan membangkitkan kebahagiaan
di hatimu dan dihati orang lain yang melihatnya. Tersenyumlah maka kita akan
mendapat cinta dari orang lain.
Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab
UIN
MALIKI MALANG